Kasih Judul Apa ya
13 Apr 2011
Kehidupan ini seperti air yang mengalir. Mengalir sampai titik batas akhir dia mengalir. Sebagian orang hanya sekedar mengikuti arus kehidupan ini tanpa tahu untuk apa semestinya dia dilahirkan di muka bumi ini. Mereka hanya mengalir, mengalir dan mengalir. Sampai ketika mereka sampai pada muara kehidupan masing-masing, aliran itupun berhenti seiring dengan hembusan nafas terakhir tanpa dia mengerti kenapa aku diciptakan.
Sebagian yang lain mulai bertanya-tanya. Seiring dengan berkembangnya organ berpikir, dia pun bertanya-tanya, kenapa aku berada di sini mengalir bersama yang lainnya. Pasti ada hikmah sehingga Tuhan menciptakan dia bersama-sama orang yang mengalir tadi. Suatu proses berpikir yang menunjukkan kelebihan seorang manusia dibandingkan ciptaan Allah yang lain.
Proses pencarian pun dimulailah. Dengan cara yang macam-macam sesuai perkiraannya bahwa ini adalah cara yang paling tepat untuk mencari jati dirinya sebagai manusia.
Berhasilkah mereka? Yang jelas, sebagian mereka telah berhasil menemukan jati dirinya sebagai manusia. Jati diri hakiki yang memang karena itulah dia ada. Jati diri yang mereka temukan ketika mereka mencarinya dengan mengembalikannya kepada Dzat yang telah menciptakan mereka, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka dapatkan dari kalam Dzat Yang Maha Pencipta ini, Dia berkata:
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan begitu saja?” (Al Qiyamah 36)
Begitu juga mereka mendapatkan Dzat Yang Menciptakan Mereka ini berkata :
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian ini sia-sia belaka dan kalian mengira bahwa kalian tidak kembali kepada Kami?” (Al Mu’minun 115)
Hmm, benar ya Rabb. Tidak mungkin Engkau menciptakan kami dalam keadaan sia-sia. Tidak mungkin Engkau menciptakan kami begitu saja tanpa adanya tujuan yang sangat mulia.
Apakah tujuan tersebut?
Kembali kita merujuk kepada kalamnya Rabb kita :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali dengan tujuan agar mereka beribadah kepadaku saja” (Adz Dzariyat 56).
Ooo, ternyata itu tho? Ternyata sederhana sekali ya jawabannya. Ibadah. Cape-cape nyari, ternyata jawabannya sudah ada. Gak pake’ banyak teori lagi. Dari sumber yang sangat jelas. Tidak diragukan kebenarannya. Karena ini adalah perkataan Dzat yang telah menciptakan kita. Yang sudah pasti kebenarannya. Yang sudah pasti bahwa Dia lebih tahu tentang makhluk ciptaannya.
Alhamdulillah, ternyata ketemu jawabannya. Kan tiap hari kita juga sudah ibadah. Minimal kan, sholat 5 waktu gak lupa. Ramadhan udah mesti puasa. Ini juga lagi nabung buat bisa naek haji. Berarti apa yang kita jalankan sudah sesuai dengan tujuan kita diciptakan.
O ya?
Demikiankah?
Coba perhatikan lagi deh ayatnya.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali dengan tujuan agar mereka beribadah kepadaku saja” (Adz Dzariyat 56).
Ibadah itu tujuan hidup. Bukan sampingan. Ibadah itu kebutuhan primer. Bukan sekunder. Bahkan lebih primer dibandingkan dibandingkan pangan, sandang, papan. Allah tidak menyebutkan bahwa tujuan Dia menciptakan jin dan manusia adalah agar mereka makan, berpakaian, atau pun bisa bertempat tinggal. Cuma satu tujuan yang Dia sebutkan. Ibadah.
Begitu juga Allah Ta’ala tidaklah mengutus para Rasulnya kepada umatnya masing-masing, kecuali dengan seruan agar umat mereka beribadah kepada Allah semata. Kecuali mengajarkan bagaimana agar umat bisa beribadah dengan ibadah yang benar kepada Allah. Nabi Nuh ‘alaihi salam berkata kepada kaumnya:
اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ
“Beribadahlah kalian kepada Allah saja. Tidak ada yang patut diibadahi selain Allah”(Al A’raf 59)
Begitu juga halnya dengan Nabi Hud, Sholeh, Syu’aib, dan yang lainnya ‘alaihim assalam kepada kaum mereka masing-masing.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguh telah kami utus kepada setiap umat ini seorang rasul, (mereka menyerukan kepada kaumnya) “Beribadahlah kalian kepada Allah, dan jauhilah thogut.”(An Nahl 36)
Dan Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasulpun sebelum engkau kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada yang berhak untuk diibadahi kecuali diriKu maka beribadahlah kepadaku” (Al Anbiya’ 25)
Perhatikanlah ayat-ayat di atas!
Allah telah menjelaskan bahwa dia tidaklah menciptakan manusia ini dalam keadaan sia-sia. Allah telah menjelaskan tujuan penciptaan jin dan manusia ini untuk agar mereka beribadah kepada Allah. Allah juga menjelaskan bahwasanya Dia mengutus rasul-rasulNya untuk mengajari umatnya bagaimana mereka bisa beribadah dengan baik dan benar. Mereka mengajari umatnya bagaimana merealisasikan tujuan asal dari penciptaan mereka.
Sekarang, kita tanya pada diri kita sendiri, sadarkah diriku tentang kenapa aku diciptakan Allah di muka bumi ini? Kenapa Allah ciptakan aku sebagai bagian dari anak manusia? Sudahkah diriku mewujudkan dan merealisasikan tujuan ini? Tidak! Tidak! Aku tidak bertanya apakah aku sudah beribadah atau belum? Semua orang akan menjawab dia telah beribadah. Tapi aku bertanya apakah aku sudah menjadikan ibadah tersebut benar-benar sebagai tujuan hidupku? Sudahkah aku menghitung setiap waktu, setiap menit dan detik, setiap nafas yang berhembus, setiap detak jantung, dan setiap denyut nadiku sebagai suatu ibadah kepada Allah Ta’ala?
La haula walaa quwwata illa billah.
kalau postingan kamu terus-terusan begini, aku bisa berubah 160 derajat say. :P